PENELUSURAN BARU

2012/12/13

KESEHATAN LINGKUNGAN (pencemran udara)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.
 Pencemaran udara atau sering kita dengar dengan istilah polusi udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan atau komposisi udara dari keadaan normalnya. Pencemaran udara disebabkan oleh berbagai macam zat kimia, baik berdampak langsung maupun tidak langsung yang semakin lama akan semakin mengganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan.
Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh besar dan jenis sumber pencemar yang ada seperti dari kegiatan industri, kegiatan transportasi dan lain-lain. Masing-masing sumber pencemar yang berbeda-beda baik jumlah, jenis, dan pengaruhnya bagi kehidupan. Pencemar udara yang terjadi sangat ditentukan oleh kualitas bahan bakar yang digunakan, teknologi serta pengawasan yang dilakukan.

Diantara beberapa zat pencemar udara, Flourida adalah salah satunya. Fluor adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang F dan nomor atom 9. Namanya berasal dari bahasa Latin fluere, berarti "mengalir". Dia merupakan gas halogen univalen beracun berwarna kuning-hijau yang paling reaktif secara kimia dan elektronegatif dari seluruh unsur. Dalam bentuk murninya, dia sangat berbahaya, dapat menyebabkan pembakaran kimia parah begitu berhubungan dengan kulit.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahannya adalah :
1.1.    Bagaimana sifat fisik dan kimia Fluorida ?
1.2.    Darimana sumber/asal Fluorida ?
1.3.    Bagaimana distribusi dan dinamika Fluorida di Lingkungan ?
1.4.    Bagaimana penetapan standar dan nilai ambang batas Fluorida ?
1.5.    Apakah dampak Fluorida terhadap kesehatan ?
1.6.    Bagaimana upaya pengendalian Fluorida

C.    Tujuan Penulisan
    Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1.7.    Mengetahui sifat fisik dan kimia Fluorida
1.8.    Mengetahui sumber/asal Fluorida
1.9.    Mengetahui distribusi dan dinamika Fluorida di lingkungan
1.10.    Mengetahui penetapan standar dan nilai ambang batas Fluorida
1.11.    Mengetahui dampak Fluorida terhadap kesehatan
1.12.    Mengetahui upaya pengendalian Fluorida
1.13.   
D.    Manfaat Penulisan
1.    Diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pengetahuan tentang Fluorida sebagai salah satu zat pencemar udara
2.    Diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu pemenuhan tugas makalah mata kuliah Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan









































BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sifat Fisik dan Kimia Unsur Fluorida
Senyawa fluoride adalah suatu garam fluoride yang banyak sekali terdapat di dalam alam dapat berupa sodium fluoride, calcium fluoride, ammonium fluoride, aluminium fluoride, ammonium fluorosilikat, ammonium fluorofosfat, hexadesil ammonium fluoride, magnesium fluoride dan garam-garam lainnya.
 Fluor yang juga dikenal dengan nama fluorin merupakan unsur kimia yang berupa gas pada suhu kamar (25oC), Berwarna kuning pucat kehijauan, gas korosif, yang bereaksi dengan banyak senyawa organik dan anorganik. Logam, kaca, keramik, karbon, bahkan air terbakar dalam fluor dengan nyala yang terang dan merupakan insur yang sangat reaktif juga dilambangkan dengan huruf F. Letaknya dalam tabel periodik adalah pada golongan VIIA dan periode 2, jadi dapat dikatakan bahwa terdapat pada kelompok unsur halogen. Nomor atomnya adalah 9, dengan massa atom relatifnya adalah 19 gr/mol. Titik leburnya adalah pada suhu -219,6 C, sedangkan titik didihnya adalah pada suhu -188,13 C. Flour merupakan unsur nonlogam yang paling elektronegatif, oleh sebab itu juga merupakan unsur yang paling reaktif. Jika didekatkan dengan bahan-bahan yang terbuat dari minyak dan gas maka akan dapat menimbulkan api. Fluor bersifat racun, korosif dan sangat berbau.
Senyawa fluorida adalah garam yang terbentuk ketika unsur fluorida (F-), berikatan dengan mineral dalam tanah atau batuan. Fluorida ditambahkan ke air minum untuk meningkatkan kesehatan gigi. Paparan konsumsi berlebihan fluorida seumur hidup berpengaruh terhadap kesehatan yang mengakibatkan peningkatan patah tulang pada orang dewasa dan dapat mengakibatkan efek pada tulang berupa nyeri dan perih.
Fluor pertama kali diisolasi oleh ilmuwan prancis yang bernama henri Moissan pada tahun 1886. Nama fluor pertama kali diambil dari kata fluo yang berarti mengalir dalam bahasa Latin. Fluor sangat reaktif sehingga jarang ditemukan dalam keadaan bebas, fluor biasa dijumpai berikatan dengan unsur atau senyawa lain, sehingga biasanya berbentuk dalam senyawa seperti fluorit , kriolit, dan apatit. Fluor yang berikatan dengan oksigen akan membentuk senyawa fluorida, yang terdapat dalam mineral yang terlarut dalam air sungai dan air laut. Kereaktifan halogen berkurang dengan bertambahnya nomor atom dan Daya pengoksidasi halogen makin berkurang degan bertambahnya nomor atom. Apabila halogen bersenyawa dengan logam atau non logam, maka halogen bertindak sebagai oksidator. Fluor (F) mempunyai daya pengoksida yang paling kuat sehingga paling reaktif. Fluor adalah unsur yang paling elektronegatif dan reaktif bila dibandingkan dengan semua unsur. Setelah Perang Dunia II, tidak ada produksi unsur fluor secara massal. Proyek bom nuklir dan penerapan energi nuklir, telah membuat fluor harus dibuat dalam jumlah besar. Analisa fluorida di air dan air limbah dapat menggunakan SNI 06-6989.29-2005 yaitu cara uji fluorida (F-) secara spektrofotometri dengan SPADNS. Ruang lingkup metode ini untuk kadar fluorida sampai dengan 1,40 mg/L. Bila lebih tinggi maka sampel tersebut harus diencerkan. Prinsip metode ini adalah fluorida bereaksi dengan larutan campuran SPADNS-asam zirkonil menyebabkan berkurangnya warna larutan. Pengurangan warna ini sebanding dengan banyaknya unsur fluorida dalam contoh uji yang kemudian diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 570 nm. Untuk lebih praktis, produsen bahan kimia seperti Merck menyediakan satu set Fluoride Cell Test (Metode: fotometrik 0.10 – 1.50 mg/l F- Spectroquant®) atau Fluoride Test (Metode: fotometrik 0.10 – 20.0 mg/l F- Spectroquant®).

B.Sumber Fluorida

-Alamiah
Letusan Gunung Berapi dalam bentuk senyawa asam fluorida (HF). Gas fluor murni jarang ditemukan dalam keadaan bebas, dikarenakan sifatnya yang sangat reaktif. Senyawa fluoride terdapat di dalam alam dapat berupa sodium fluoride, calcium fluoride, ammonium fluoride, aluminium fluoride, ammonium fluorosilikat, ammonium fluorofosfat, hexadesil ammonium fluoride, magnesium fluoride dan garam-garam lainnya.


-Non Alamiah
Industri. Produsen komersial gas fluor terus menggunakan metode elektrolisis yang dipelopori oleh Moissan, dengan beberapa modifikasi dalam desain sel. Karena sifatnya korosif, maka digunakan bahan penahanan khusus dan tindakan pencegahan yang diperlukan. Untuk mendapat unsur fluor yang murni sangat sulit, hal ini dikarenakan unsur fluor ini adalah unsur yang bebas dan sangat reaktif. Namun tetap saja gas fluor dapat dibuat dengan cara elektrolisis dari leburan garam kalium florida (KF), dan asam flourida (HF). HF + KF → KHF2 Sedangkan untuk memperoleh fluor cair dapat dilakukan dengan cara melewatkan gas fluor tersebut melalui sebuah tabung logam atau karet yang dikelilingi oleh udara cair. Asam hirofluorida juga dapat diperoleh dari pengolahan fluorit dengan asam belerang dan dipakai untuk mengelektrolitkan gas fluor.

C.    Distribusi dan Dinamika di Lingkungan (Reaksi Kimia)
Fluorida yang dapat di absorbsi, di dalam tubuh akan mengalami sirkulasi dan tertahan dalam jaringan, terutama dalam tulang. Dari observasi yang dilakukan oleh Meswari dkk (1981) dan Spencer dkk (1981) menunjukkan bahwa retensi florida sekitar 35-48%. Penelitian lain menunjukan bahwa retensi florida dalam tulang sekitar 60% florida yang diberikan secara intrafena, dan waktu paru dengan pemberian secara intravena ini adalah 13 menit, karena itu konsentrasi dalam darah dan cairan ekstra seluler menurun dengan cepat. Kira-kira 99% dari klorida dalam tubuh di deposit dalam tulang. Sisanya terdistribusi dalam darah dan jaringan lunak

1) Reaksi halogen dengan non logam
Halogen bereaksi dengan hampir semanya non logam. Jenis senyawa yang terbentuk sebagian besar adalah senyawa kovalen. Beberapa contoh reaksi halogen yang banyak ditemukan senyawanya adalah hydrogen halida atau biasa disebut asam halida jika dilarutkan dalam air dan non logam halida (reaksi halogen dengan unsur-unsur penting seperti O, P, C, maupun S)  Hydrogen bereaksi dengan halogen membentuk senyawa hydrogen halida yang semuanya adalah gas tidak berwarna.  Reaksi antara Hidrogen dan Fluor : reaksi berlangsung hebat.
H2 + F2 --> 2HF


2) Reaksi halogen dengan logam
Reaksi halogen dengan logam menghasilkan senyawa ionic. Contoh reaksi halogen dengan logam adalah sebagai berikut:
Ca(s) + F2(g) --> CaF2(s)
\
3) Reaksi halogen dengan air
Fluorin bereaksi dengan air membentuk asam fluoride Reaksi air dan fluorin berlangsung hebat karena air terbakar di dalam fluorin. dengan reaksi sebagai berikut:
2F2(g) + H2O(g) <--> 4HF(g) + O2(g)

4) Reaksi halogen dengan basa
Halogen bereaksi dengan basa membentuk senyawa halida yang kemudian mengalami reaksi disproporsionasi membentuk senyawa oksihalogen.  Fluorin bereaksi dengan basa membentuk oksigen difluorida OF2 dan ion fluoride F-, dengan reaksi sebagai berikut:
2F2(g) + OH-(aq) --> OF2(g) + 2F-(aq) + H2O(l)
5) Reaksi antar halogen
Reaksi antar halogen termasuk reaksi substitusi, membentuk senyawa antar halogen, Contoh reaksi antar halogen adalah sebagai berikut:
Cl2 + F2 --> 2ClF


D.    Standar dan Nilai Ambang Batas

Standar ini memuat tentang Nilai Ambang Batas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) zat kimia di udara tempat kerja, di mana terdapat tenaga kerja yang dapat terpapar zat kimia sehari hari selama tidak lebih dari 8 jam per hari atau 40 jam per minggu, serta cara untuk menentukan Nilai Ambang Batas campuran untuk udara tempat kerja yang mengandung lebih dari satu macam zat kimia.
Nilai Ambang Batas (NAB) adalah  standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Standar Pengendalian NAB untuk zat fluorin adalah 1,6 mg/m3 atau 1 ppm (parts per million) sedangkan fluorin mempunyaI nilai ambang batas adalah 2,5 mg/m3 atau 2 ppm (parts per million)


E.     Dampak Terhadap Kesehatan
Gas fluor merupakan gas yang sangat toksik dan sebagai oksidator yang dapat mengganggu fungsi pernafasan menyebabkan batuk, sesak nafas, edema paru, dan dapat menyebabkan kematian sedangkan yang mengganggu kulit dapat menyebabkan luka bakar dan yang mengganggu tulang dapat menyebabkan osteoporosis. Keracunan fluoride yang paling sering karena terkena sodium fluorida, fluorosilicate, atau hidroflourp acid. Pada keracunan akut praktis seluruh organ dan system terkena. Manifestasinya mual, muntah, rasa sakit pada abdomen, diare, dan lebih lanjut yaitu keadaan umum yang amat lemah, cyanosis, dysponoea, parase, dan paralyse, gangguan kardiovaskular, konvusi dan koma.

F.    Pengendalian (Pencegahan dan Penanggulangan)

1) Disimpan di tempat yang aman.
Dalam Industri, Gas fluor murni dapat disimpan dalam silinder baja di mana permukaan dalam lapisan fluoride logam yang tahan sdari erangan lebih lanjut [118]. [65] Baja yang akan menahan fluor diberikan suhu tetap di bawah 200 ° C (400 ° F) . Di atas suhu itu, diperlukan nikel. Katup regulator yang terbuat dari nikel. Perpipaan Fluorin umumnya terbuat dari nikel atau monel (nikel-tembaga paduan) . Di laboratorium, gas fluor dapat digunakan dalam tabung kaca disediakan tekanan rendah dan kelembaban yang disesuaikan, [120] meskipun beberapa sumber merekomendasikan sistem yang terbuat dari nikel, monel, dan PTFE.

2) Menetapkan standar atau Nilai Ambang Batas.
Dikarenakan unsur bebasnya memiliki karakteristik bau yang tajam, bisa dideteksi dalam konsentrasi serendah 20 ppb (parts per billion), yakni di bawah tingkat keamanan bekerja. Konsentrasi yang diperbolehkan untuk paparan selama 8 jam kerja adalah 1 ppm (parts per million)
3) Penegakkan hukum kepada industri yang melakukan pencemaran.







































BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.    Sifat fisik Fluorida ialah berwarna kuning pucat kehijauan pada suhu kamar, . Letaknya dalam tabel periodik adalah pada golongan VIIA dan periode 2, jadi dapat dikatakan bahwa terdapat pada kelompok unsur halogen. Nomor atomnya adalah 9, dengan massa atom relatifnya adalah 19 gr/mol. Titik leburnya adalah pada suhu -219,6oC, sedangkan titik didihnya adalah pada suhu -188,13oC. Sifat Kimia Fluorida ialah Kereaktifan halogen berkurang dengan bertambahnya nomor atom dan Daya pengoksidasi halogen makin berkurang degan bertambahnya nomor atom. Apabila halogen bersenyawa dengan logam atau non logam, maka halogen bertindak sebagai oksidator. Fluor (F) mempunyai daya pengoksida yang paling kuat sehingga paling reaktif.
2.    Sumber Fluorida ada 2, yaitu Alamiah senyawa yang dihasilkan dari letusan gunung berapi dan Non-Alamiah yang didapatkan dari hasil elektrolisis
3.    Reaksi kimia Fluorida ada 5, yaitu reaksi dengan non-logam, reaksi dengan logam, reaksi dengan air, reaksi dengan basa, dan reaksi dengan sesama unsur halogen
4.    Standar Pengendalian NAB untuk zat fluorin adalah 1,6 mg/m3 atau 1 ppm (parts per million)
5.    Fluorida dapat mengganggu fungsi pernafasan menyebabkan batuk, sesak nafas, edema paru, dan dapat menyebabkan kematian sedangkan yang mengganggu kulit dapat menyebabkan luka bakar dan yang mengganggu tulang dapat menyebabkan osteoporosis
6.    Fluorida dapat dikendalikan dengan cara disimpan di tempat yang aman, menetapkan standar atau nilai ambang batas, dan menegakkan hukum bagi industri yang melakukan pencemaran




















DAFTAR PUSTAKA

Kusnoputranto,  haryoto. 1999. Taksologi Lingkungan zat kimia dan medan elektronik. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

DeBergalis, Michael (2004). Fluoropolymer films in the photovoltaic industry. http://www2.dupont.com/Photovoltaics/en_US/assets/downloads/pdf/DeBergalisflpr_films_wp.pdf. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2012

Oxtoby; Gillis; Nachtrieb. 2003. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid Dua. Jakarta: Erlangga

Enanda, D. A. 2009. Efek Pemberian Fluorida vamish. Sumatera: Fakultas Kedeokteran Gigi universitas sumatera Utara

Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama

Usman, Hanapi. 2012. Kimia Dasar I. Makassar: UPT MKU Unhas


Harrington, J. M. 1992. Buku Saku Kesehatan Kerja Jilid 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Jakarta: PT Grafindo Media

Pratama Usman, Hanapi. 2012. Kimia Dasar I. Makassar: UPT MKU Unhas

Kratz. J.V.. 2003. Critical evaluation of the chemical properties of the transactinide elements.http://stage.iupac.org/originalWeb/publications/pac/2003/pdf/7501x0103.pdf. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2012

Murphy, C.; Schaffrath, C.; O'Hagan, D. (2003). Fluorinated natural products: the biosynthesis of fluoroacetate and 4-fluorothreonine in Streptomyces cattleya. http://144.206.159.178/ft/166/87280/1480635.pdf. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2012


Wieser, Michael E; Coplen, Tyler B.. 2010. Atomic weights of the elements 2009. http://pac.iupac.org/publications/pac/pdf/2011/pdf/8302x0359.pdf. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2012